Header Ads


Polri Waspadai 3 Wilayah BAsis JAD, Jabar, Jabodetabek, Jatim

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto saat memberikan keterangan di Markas Korps Sabhara Baharkam, Depok, Rabu (9/5/2018).



Majalahqqhoki.com, JAKARTA - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisyo mengungkapkan, pihaknya akan mewaspadai tiga wilayah yang menjadi basis kelompok terbesar dari jaringan Jemaah Ansharut Daulah ( JAD).

Adapun tiga wilayah itu, yakni Jawa Barat, Jabodetabek dan Jawa Timur.

"Jadi yang sudah disampaikan Bapak Kapolri (Jenderal Polisi Tito Karnavian) soal bangkit sel JAD, yang paling besar JAD itu ada di Jawa Barat, Jabodetabek, dan Jawa Timur," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Di sisi lain, Polri juga akan meningkatkan pengawasan terhadap sejumlah wilayah lainnya yang menjadi basis anggota JAD, seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tengah.

"Di daerah lain, Bima (NTB), Poso (Sulawesi Tengah) itu JAD semua," ujar dia.

Polri juga akan memanfaatkan database yang ada untuk memantau jaringan keanggotaan maupun keberadaan anggota teroris yang berafiliasi dengan ISIS ini.

Agen Sakong Online

"Kami coba cek dulu database kita, karena itu kan bisa aja berubah ya, semoga bisa kita pantau. Karena selama ini sel-sel tidur mereka pintar juga ngeles," ujar Setyo.

Sebelumnya Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, bom Surabaya tidak hanya terkait aksi teror ISIS tingkat global, tapi juga pembalasan atas peristiwa yang terjadi di tingkat nasional.

Menurut Tito, aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo ini merupakan balasan atas penangkapan pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan JAD, kelompok yang afiliasi ISIS di Indonesia, yaitu Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori.

Menurut Tito, dua penangkapan itu membuat kelompok JAT dan JAD meradang. Aksi teror pun direncanakan, termasuk kerusuhan di Mako Brimob yang dilakukan narapidana teroris pekan lalu, juga teror bom di Surabaya dan Sidoarjo.

"Mereka memanas dan ingin melakukan pembalasan. Jadi kerusuhan Mako Brimob tak sekadar makanan yang tak boleh masuk, tapi dinamika internasional dan upaya kekerasan untuk pembalasan," kata Tito di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Senin (14/5/2018).


Sumber dari, Kompas.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.