Kurang dari 12 jam, Dua Warga Gunungkidul Gantung Diri
Majalahqqhoki.com, YOGGYAKARTA - Tragedi kemanusiaan terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kurang dari 12 jam, dua warga Gunungkidul mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Kasus pertama, Sarno (55) warga Padukuhan Pulegundes 2, RT 02 RW 10, Desa Sidoharjo ditemukan tak beryawa tergantung di pohon akasia, Jumat (7/9/2018) malam.
"Sarno meninggalkan rumah dengan alasan mencari pakan ternak. Namun hingga petang dirinya tak kembali,dan keluarga pun cemas,"kata Kapolsek Tepus AKP Mustaqim, Sabtu (8/9/2018)
Setelah dilakukan penyisiran di sejumlah lokasi. Sarno ditemukan tergantung di sebuah pohon tengah ladang.
"Dia ditemukan di alas gunung Jo'o yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah korban,"ucapnya
Petugas kepolisian bersama masyarakat mengevakuasi tubuh Sarno yang sempat terkendala karena terjalnya medan.
Setelah dilakukan pemeriksaan bersama tim medis dan tidak ditemukan ada tanda penganiayaan, jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga.
Kasus kedua, Anjar Parasetya (35), warga Padukuhan Payak RT 02 RW 10, Desa Sumbergiri, Kecamatan Ponjong ditemukan tewas gantung diri di pohon mangga, Sabtu (8/9/2018) pagi.
Kapolsek Ponjong, Kompol Mugiman mengatakan, korban ditemukan oleh Satiem (70) sekitar pukul 05.00 WIB. Saat itu dirinya berniat untuk membersihkan pekarangan rumah.
"Saksi menemukan sudah tergantung di pohon mangga. Karena panik, ia kemudian berteriak meminta pertolongan," kata Mugiman
Pihak kepolisian yang mendapat informasi tersebut kemudian mendatangi lokasi.
"Korban kemudian kita evakuasi untuk dilakukan pemeriksaan medis atau visum luar. Dari hasil pemeriksaan sementara tidak ditemukan adanya tanda penganiayaan, ia murni bunuh diri," terang Kapolsek.
Agen Sakong Online
Sebelumnya, Relawan Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji), Wage Dhaksinarga, menyampaikan, lemahnya ketahanan jiwa masyarakat Gunungkidul penyebab kasus bunuh diri masih tinggi.
Sejumlah permasalahan meliputi depresi akibat sakit tak kunjung sembuh, perekonomian yang bersangkutan termasuk lemah, serta kemungkinan konflik batin dan permasalahan internal keluarga.
"Ketahanan jiwanya ini yang perlu ditingkatkan. Banyak orang tidak bisa mengolah emosi dengan baik,"ucapnya.
Imaji yang fokus dalam kesehatan jiwa mendorong semua pihak untuk bergerak. Sebab, kasus bunuh diri erat kaitannya dengan kasus kesehatan jiwa. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul diharapkan memberikan perlindungan kepada masyarakat.
"Mari menjadi lembaga melawan stigma (pandangan dan cap buruk) masalah bunuh diri dan kesehatan jiwa, dan mari tingkatkan penjangkauan dan kapasitas layanan kesehatan jiwa sampai dengan tingkat UPTD Puskesmas, RS/Klinik/BP Swasta di seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul,"kata Ketua LSM Imaji, Joko Yanu Widiasta.
Untuk masyarakat umum, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan, pendidik, dan media-massa, pihaknya mengajak memahami peristiwa bunuh diri sebagai peristiwa kemanusiaan yang terkait erat dengan kondisi kesehatan jiwa masyarakat.
Pihaknya mengajak menjadi bagian melawan stigma masalah bunuh diri dan kesehatan jiwa.
"Mari bergerak tolong sesama dengan cara LIHAT (peduli situasi lingkungan terdekat), DENGAR (peduli mendengarkan dan berempati terhadap masalah yang dihadapi), dan SAMBUNGKAN (menyambungkan kepada unit layanan kesehatan terdekat, layanan sosial/keagamaan terdekat, dan layanan bantuan kemanusiaan lainnya yang ada)," tandas Joko.
Sumber dari, Kompas.com
Post a Comment