Membandingkan kemampuan Kopassus dengan pasukan elite Australia SASR
Komandan Operasi Khusus Australia (Socaust) Mayor Jenderal Jeff Sengelman memuji kemampuan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) setinggi langit. Bagi Jeff, Kopassus masih merupakan salah satu satuan militer terbaik di dunia.
Pengakuan itu diungkap langsung oleh Jeff di sela-sela Latihan Bersama Dawn Komodo antara Kopassus dan Special Air Service Regiment (SASR) Australia. Pujian itu tidak keluar begitu saja, Jeff sebelumnya sempat menyaksikan demonstrasi yang dilakukan para prajurit Sat-81 Kopassus.
Apa perbedaan dari kedua pasukan ini?
Tidak bisa sembarangan untuk mendapatkan baret merah Kopassus dan brevet komando kebanggaan korps tersebut. Para prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan batas manusia.
Tahap pertama yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung. Di sini para calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.
Kemudian dilanjutkan Tahap Hutan Gunung yang diadakan di Citatah, Bandung. Di sini para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.
Dalam Pelatihan Survival para calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan. Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.
Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. ini adalah latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet. Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu. Selama "pelolosan" si calon harus menghindari segala rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang. Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya. Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka. Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Tak jauh berbeda dengan Kopassus, SASR juga menerapkan standar tinggi bagi para calon prajuritnya, dan menjadi satuan yang paling diminati di Angkatan Darat Australia. Sebagai anggota, para prajurit harus bisa bekerja dalam tim kecil untuk jangka panjang dan tanpa dukungan apapun, dan kebanyakan yang terpilih adalah mereka yang mampu menjalankan tugas tersebut, di samping kemampuan individunya.
Semua pasukan reguler diberikan kesempatan yang sama untuk mendaftar. Setelah melakukan skrining, setiap kandidat harus melalui 'Test Batas Pasukan Khusus', yang berati mengukur kemampuan fisik mereka. Hanya 80 sampai 85 persen yang lolos dari tes ini.
Kandidat yang lolos kemudian wajib mengikuti kursus seleksi selama 21 haru, yang akan mengukur kekuatan dan daya tahan seseorang, baik mental maupun fisik, mampu bersikap tenang dalam pertempuran dan efektif dalam tim kecil. Hasilnya, hanya 25 sampai 30 persen yang berhasil lolos dari tes tersebut.
Baru setelah itu mereka menjalani pelatihan sebenarnya selama 18 bulan. Di situ mereka akan menjalani berbagai macam pertempuran, baik jarak pendek maupun jauh, patroli, terjun patung, ketahanan di tengah perang, penerima sinyal atau medis, senjata berat, penghancuran dan berbagai pelatihan berat lainnya. Semua itu wajib dijalankan sebelum ditempatkan ke dalam skadron.
Dengan latihan itu, anggota SASR tak hanya berkualifikasi terjun payung, setiap tim patroli setidaknya memiliki satu spesialisasi seperti medis, penghubung, ahli peledak dan penerjemah. Satu dari tiga skadron sabre setidaknya menjalani tiga tahun pelatihan dan terjun medan operasi.
Di tahun pertama, setiap kandidat diberikan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan dan berlatih teknik baru yang diinginkannya, dan itu diawasi oleh anggota yang terlatih. Pada tahun kedua, skill akan ditingkatkan dengan perang konvensional dan tahun berikutnya menjalani berlatih menjalankan tugas kladestin.
Mereka juga menjalani pelatihan penanggulangan terorisme, di antaranya pertarungan jarak dekat, mematikan bahan peledak, serangan tubular dan gedung bertingkat. SASR juga berafiliasi langsung dengan Amerika Serikat, Inggris Raya serta Selandia Baru, yang beberapa kali menggelar latihan bersama dan pertukaran prajurit.
Post a Comment