Banyak yang terkejut dengan operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Patrialis Akbar. Sebab, kesehariannya adalah sosok yang sederhana, bersahaja, dan peduli dengan sesama.
PATRIALIS selama ini dikenal sebagai sosok yang sangat hangat. Bukan hanya kepada rekan-rekannya sesama hakim, sikap serupa juga diperlihatkan kepada para pegawai Mahkamah Konstitusi (MK) pada umumnya Kesan tersebut disampaikan Juru Bicara MK Fajar Laksono. Sering beraktivitas bersama, khususnya dalam dua tahun belakangan, membuat Fajar cukup mengenal baik sosok Patrialis.
Dalam beberapa kesempatan, dia mendapati Patrialis sebagai sosok pria yang sangat baik. Saat keseharian di kantor, misalnya, mantan menteri hukum dan hak asasi manusia itu dikenal sebagai pribadi yang ramah terhadap siapa pun. "Kalau bertemu selalu menyapa pegawainya, cukup sopan," kata Fajar kemarin (26/1).
Bahkan, kepada orang-orang yang sudah dikenalnya, Patrialis tak segan melontarkan humor-humor yang menyegarkan. Apalagi jika sudah berkumpul dengan hakim-hakim lainnya. "Dengan hakim yang lain cukup ramai, selera humornya lumayan lah."
Fajar juga memandang Patrialis sebagai pria yang sederhana. Dia bukan tipe orang yang suka pilih-pilih. Sebut saja soal makanan. Dia kerap dipergoki menyantap makan siang di warung sederhana di belakang kantor MK. Di sana, kata Fajar, dia sering menyantap masakan Padang. "Mungkin karena orang Padang, dia suka nasi Padang," tuturnya. Namun, Fajar tidak mengetahui, lauk apa yang paling disukainya. Yang pasti, saat makan siang, dia suka membaur dengan sejumlah pegawai MK.
Setali, dalam berpakaian pun, Patrialis menerapkan hal serupa. Tidak ada kesan bermewah-mewahan ataupun berlebihan dalam beraksesori di badannya. "Pakaian biasa saja, kemeja atau batik gitu," kata pria berkacamata tersebut.
Di balik keramahan dan kesederhanaannya itu, Patrialis saat berada di ruang sidang berubah menjadi sosok hakim konstitusi yang cukup keras. Berbagai pertanyaan kritis kerap dilontarkan ke berbagai pihak. Baik ke pemohon, pihak terkait, maupun saksi ahli. "Beliau sangat aktif mengajukan pertanyaan pendalaman," terangnya.
Karena itu, kabar tertangkap tangannya Patrialis dengan tuduhan suap cukup membuat pegawai MK terkejut sekaligus menyesalkan.
Lalu, apa hobi Patrialis? Fajar mengatakan, seluruh penghuni gedung MK mengetahui bahwa pria asal Sumatera Barat itu maniak dengan olahraga golf. Jika tidak ada aktivitas persidangan yang padat, dia hampir pasti menyempatkan bermain golf. "Entah hobi atau memang dari dulu aktivitasnya itu golf. Kalau ada libur sedang tak bersidang, ya aktivitas golf."
Sementara itu, di mata keluarganya, Patrialis cukup peduli dengan sesama. Buktinya, meski telah jadi pejabat, dia selalu mencari teman-teman sekolahnya yang tak mampu. Kemudian, mereka diumrahkan dan dihajikan oleh Patrialis. "Hidupnya itu nggak ada yang aneh-aneh. Saat ini dia nggak memikirkan lagi dunia ini. Dia ingin hidup saja. Kalau tak ada kegiatan, dia selalu berangkat umrah," kata Yurdaniati Akbar, kakak ke-4 Patrialis, kepada Padang Ekspres saat berkunjung ke rumah tersebut kemarin.
Di sisi lain, Yurdaniati mengatakan, Patrialis termasuk anak yang mengabdi kepada orang tua. Ketika almarhumah ibunya masih hidup, dia mau menggendong sang ibu ketika berbelanja di supermarket. "Santun luar biasa. Benar-benar mengabdi kepada orang tua," ujarnya seraya mengatakan mereka dibesarkan dari keluarga veteran.
Karena itu, dia kaget mendengar kabar Patrialis ditangkap KPK. "Nggak mungkin, saya gak percaya begitu (dikabarkan Patrialis tertangkap oleh KPK, Red). Bisa saja kan fitnah yang ingin menjatuhkan dia. Saya juga gak percaya karena sekarang banyak hoax-nya. Saudara saya itu alim orangnya, saya tahu. Apalagi, orangnya suka pengajian dan sangat mengabdi kepada orang tua," tutur Yurdaniati yang terlihat kebingungan ketika mendapatkan informasi itu.
Dia baru tahu informasi tersebut dari awak media yang datang ke rumahnya. "Saya benar-benar tak tahu dan tidak ada pikiran begitu. Saya baru tahu informasi ini dari rekan-rekan media," ucap perempuan yang beda umurnya satu tahun dengan Patrialis.
Dia berasumsi bahwa saudaranya itu mungkin dijebak. "Patralis itu tidak begitu orangnya," ujarnya. Sebab, sikap antikorupsi tersebut sudah ditanamkan orang tua sejak belia. "Kakak saya dari teknik saja bilang. Nak, kalau gede nanti jangan makan pasir, jangan makan semen, jangan makan besi. Saya ikutin nasihat kakak itu nggak mau disokong uang oleh orang. Ketika itu saya sebagai sekretaris kakak. Begitu juga Pak Patrialis. Orangnya nggak seperti itu. Diberi tas saja dikasihkan ke orang. Ini jelas tidak masuk akal rasanya," ungkap Yurdaniati.
Setelah Patrialis tak lagi menjabat menteri hukum dan HAM, Yurdaniati melihat hidup saudaranya mengabdi kepada Allah. Setiap bulan ada pengajian di rumahnya, Jakarta. "Hampir setiap bulan rumahnya penuh dengan pengajian," ucapnya. *hen*
Post a Comment