Header Ads


Kenali Siklusa Wabah DBD ni Di Musim Penghujan!



Majalahqqhoki - Januari adalah bulan baru yang mengawali satu tahun berikutnya. Sebagai bulan pertama yang masuk dalam bagian dari musim penghujan di Indonesia, Januari menyumbangkan curah hujan yang sangat tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun mengumumkan jika dalam minggu-minggu terakhir Januari, curah hujan masih akan meningkat dan itu akan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Dampaknya bukan hanya ke lingkungan, tingginya intensitas hujan tersebut ternyata membawa dampak buruk kesehatan bagi masyarakat. Menurut data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, hingga Senin kemarin (21/1) terdapat setidaknya 1.634 kasus demam berdarah (DBD) yang tersebar di penjuru daerah Jawa timur.

Dari data ini, Dinkes Jatim menilai jika penyakit DBD sedang “mencapai puncaknya” dan perlu diwaspadai karena dapat merenggut nyawa. Terbukti ada 32 kasus penderita DBD yang dilaporkan meninggal dunia. Di Jakarta sendiri, penyakit ini diprediksi akan mewabah selama Januari hingga Maret ini.

Dari sini sebuah pertanyaan muncul: mengapa kasus penderita DBD selalu meningkat ketika memasuki bulan penghujan dan tidak saat musim kemarau? Untuk memahami hal itu, yang pertama harus kita ketahui adalah bagaimana siklus dan inkubasi penyakit yang disebabkan oleh nyamuk ini. Berikut ini adalah penjelasannya.


1. Disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti

Dikenal juga sebagai nyamuk demam kuning. Nyamuk ini menjadi banyak penyebab penyakit. Mulai dari demam Zika, demam kuning, chikungunya, hingga DBD.

Serangga ini dipercaya berasal dari Afrika, namun sekarang banyak ditemui di area tropis, subtropis dan area-area yang memiliki kelembapan tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), dulunya DBD hanya dapat ditemui di sembilan negara, tetapi merambah hingga lebih dari 100 negara.


2. Hanya yang betina saja penyebar virusnya

Walaupun ditularkan oleh nyamuk, tetapi yang dapat menyebarkannya hanyalah yang betina saja. Nyamuk betina hanya akan menggigit sasarannya ketika ia akan bertelur dan ia hanya tertarik kepada mamalia yang mengeluarkan aroma amoniak, karbon dioksida, asam laktat, dan oktenol.

Tidak ada musim bertelur yang pasti untuk Aedes aeygpti, tetapi yang jelas mereka membutuhkan air untuk berkembang biak. Itulah mengapa penyakit DBD dapat ditemui di sepanjang tahun, namun memuncak ketika memasuki musim penghujan.


3. Virus di dalam tubuh akan terinkubasi selama kurang lebih satu minggu

Aedes aegypti membawa virus DBD dan memberikannya kepada inangnya lewat gigitan. Setelah masa inkubasi selama empat hingga sepuluh hari tersebut, sang penderita akan merasakan demam tinggi, pergelangan linu, mual hingga diare.

Gejala tersebut akan dirasakan selama kurang lebih satu minggu. Kekurangan cairan tubuh, susahnya bernapas, pendarahan dan kegagalan organ adalah penyebab utama meninggalnya penderita DBD.


4. Siklus kembali terulang saat nyamuk menggigit penderita

Saat penderita digigit lagi oleh nyamuk, nyamuk tersebut akan membawa kembali virus DBD tersebut. Itu berarti secara tidak langung sang penderita sudah menularkan penyakitnya. Infeksi itu dapat ditularkan empat, lima hari setelah infeksi yang pertama. Itu berarti siklus virus DBD telah terulang dan siap disebarkan kembali oleh nyamuk betina Aedes aegypti.


5. Solusi paling mudah adalah pencegahan

Tidak ada penanganan spesial untuk penyakit ini. Hanya bantuan pemberian cairan tubuh yang bisa dilakukan dan setelah itu menunggu sistem imun tubuh untuk menghilangkan virusnya sendiri.

Karena itu agar tidak terkena penyakit ini, sering-seringlah membersihkan bak air, selokan dan genangan air serta melakukan fogging. Jika perlu, gunakan serbuk abate untuk air di bak kamar mandimu untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.

Kasus DBD tentu tidak akan memuncak jika masyarakat sadar bagaimana untuk mencegahnya. Oleb sebab itu, kesadaran akan lingkungan sekitar sangat diperlukan.





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.