Header Ads


Sering Dipukuli Orangtuanya , Bocah Ini Ketakutan Jika Melihat Emak - emak

Ilustrasi kekerasan terhadap anak


Majalahqqhoki, BENGKULU - Awal Mei 2018, kisah pilu menimpa bocah laki-laki berinisial MSP (10), warga Desa Karang Dapo, Kecamatan Semidang Alas Maras, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Ia dipukuli di wajah dan dada dengan ikat pinggang dan sepatu oleh ibu kandungnya, MR (25).

Kekerasan juga dialami MSP dari ayah tirinya, BN (50) yang ikut menghajar kepala korban hingga babak belur. Korban ketakutan dan tidak berani pulang ke rumah.

Aksi kekerasan anak oleh orangtua itu terungkap saat seorang warga mengunggah video pengakuan bocah MSP di jejaring sosial. Spontan, video itu viral. Polres Seluma bergerak cepat dan menetapkan kedua orangtua MSP sebagai tersangka.

Kapolres Seluma AKBP Jeki Rahmat Mustika melalui Kasat Reskrim AKP Margopo menjelaskan, hasil pemeriksaan bahwa benar MSP sering dipukul dengan alasan bandel.

"Dia sering dipukuli dengan alasan nakal dan itu berulang-ulang dilakukan oleh kedua orangtuanya," kata Margopo.

Ditangani pemerintah

Saat ini, MSP ditangani secara terpadu oleh pemerintah dengan melibatkan Sakti Peksos Kemensos RI, Pemda Seluma, Dinkes, DP3AKB, dan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPTP2A).

"MSP tinggal di rumah seorang pegawai Dinkes Seluma, di Sawah Lebar, Kota Bengkulu," ujar Yayan Sudianto, Sakti Peksos Kemensos RI yang intens mendampingi korban.

Menurut Yayan, semua pihak sudah berperan sesuai dengan tugas masing-masing dalam menangani kasus kekerasan terhadap anak ini. Dinkes sudah memeriksa kesehatan MSP dan diketahui korban menderita talesemia.

"Dinkes fokus pada kesehatan, Sakti Peksos Kemensos dan Dinsos ke rehabilitasi sosial. Pemda fokus pada rumah perlindungan anak dan solusinya," tambah Yayan.

Agen Sakong Online

Yayan mengatakan, korban masih mengalami trauma. Korban agak takut bertemu dengan orang yang baru dikenal, terlebih pada ibu-ibu.

"Ia paling takut melihat emak-emak (ibu-ibu) yang baru dikenal," ujar Yayan.

Namun, secara umum, menurutnya, kondisi kejiwaan korban di tempat yang baru mulai stabil. Korban mudah beradaptasi dan memilik sifat periang serta agresif.

"Untuk rehab psikis sepertinya tidak membutuhkan waktu lama asal lingkungan baru mendukung, dan jangan ungkit lagi kisah pilunya. Yang agak lama mungkin pemulihan kesehatannya," tambah Yayan.

Dalam jangka panjang bila memungkinkan dan sudah pulih, korban akan dititipkan di panti asuhan anak. Ia berharap korban cepat sembuh dan dapat bersekolah kembali.

"Cepat sembuh dan sekolah lagi. Pada pemerintah diminta agar sosialisasi pencegahan kekerasan, diskriminasi terhadap anak dapat dilakukan secara intens," harap Yayan.


Sumber dari, Kompas.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.